Setiap orang mampu berpuisi, tapi hanya sedikit yang menuangkannya dalam bentuk tulisan. Dan jauh lebih sedikit lagi yang punya tekad untuk menerbitkannya sebagai buku.

Yenny Chatrine Djauhari adalah salah satu dari manusia langka itu.

Yenny yang saya kenal adalah perempuan tangguh, tak punya rasa takut, dan tak kenal kompromi. Tomboy. Sifat yang lumrah saya temukan pada hampir setiap anak gadis 'kolong'.

Namun, membaca puisi-puisinya, kita akan menemukan sisi 'feminin' seorang Yenny. Pilihan majas yang romantis, diksi yang tak biasa, dan intensitas dalam menulis renungan menjadi larik syair menjadikan kumpulan puisinya layak dibukukan.

Sebagai penyunting, tak banyak perbaikan yang saya lakukan untuk buku ini, selain kekeliruan minor yang juga biasa dilakukan penulis senior. Kalau ada kritikus yang hendak mengkritik kaidah penulisannya—misalnya minimnya tanda baca—justru menurut saya itu adalah ciri khas yang menjadi kekuatan Yenny. Jika tanda baca adalah cara memainkan notasi musik, puisi Yenny adalah musik jazz.

Dan pembaca sebagai musisi yang bebas berimprovisasi saat memainkan 'musik' karya Yenny.