Kisah Hikayat Zaid bin Tsabit Sang Penulis Wahyu & Pecinta ilmu Pengetahuan

ebook

By Muhammad Xenohikari

cover image of Kisah Hikayat Zaid bin Tsabit Sang Penulis Wahyu  & Pecinta ilmu Pengetahuan

Sign up to save your library

With an OverDrive account, you can save your favorite libraries for at-a-glance information about availability. Find out more about OverDrive accounts.

   Not today
Libby_app_icon.svg

Find this title in Libby, the library reading app by OverDrive.

app-store-button-en.svg play-store-badge-en.svg
LibbyDevices.png

Search for a digital library with this title

Title found at these libraries:

Loading...

Ketika itu kaum Muslimin sedang sibuk menyiapkan angkatan perang untuk menghadapi Perang Badar. Rasulullah SAW tengah melakukan pemeriksaan terakhir terhadap tentara Muslimin yang pertama-tama dibentuk, dan segera akan diberangkatkan di medan jihad di bawah komando beliau.

Ketika Rasulullah sedang sibuk-sibuknya, tiba-tiba seorang anak laki-laki berusia kurang dari tiga belas tahun datang menghadap beliau. Anak itu kelihatan cerdas, terampil, cermat, dan teliti. Di tangannya tergenggam sebuah pedang yang panjangnya melebihi tinggi badannya.

Dia berjalan tanpa ragu-ragu dan tanpa takut melewati barisan demi barisan menuju Rasulullah SAW. Begitu berada di depan Rasulullah, dia berkata, "Saya bersedia mati untuk Engkau, wahai Rasulullah, izinkanlah saya pergi jihad bersama engkau, memerangi musuh-musuh Allah di bawah panji-panjimu."

Rasulullah menengok anak itu dengan gembira dan takjub. Beliau menepuk-nepuk pundak anak itu tanda kasih dan simpati. Tetapi beliau menolak permintaan anak itu, karena usianya yang sangat muda. Anak itu pulang kembali membawa pedangnya, tergesek-gesek menyentuh tanah. Dia sedih dan kecewa, lantaran permintaannya untuk menyertai Rasulullah dalam peperangan pertama yang akan dihadapi beliau, ditolak.

Ternyata dari kejauhan ibu anak itu, Nuwar binti Malik, mengikuti dari belakang. Ia pun tak kalah sedihnya. Dia ingin melihat anaknya berjuang di bawah panji-panji Rasulullah. Dalam angan-angannya terbayang, alangkah bahagianya ayah anak itu sekiranya dia masih hidup, melihat anaknya dapat mendekatkan diri kepada Rasulullah SAW, dan berjihad bersamanya.

Tetapi, anak Anshar yang cerdas dan pintar ini tidak lekas putus asa. Walaupun dia ditolak Rasulullah untuk menjadi prajurit karena usianya masih sangat muda, dia berpikir mencari jalan lain yang tidak ada hubungannya dengan usia. Pikirannya yang tajam segera menemukan jalan. Jalan itu ialah di bidang ilmu dan hafalan.

Kisah Hikayat Zaid bin Tsabit Sang Penulis Wahyu & Pecinta ilmu Pengetahuan