Sign up to save your library
With an OverDrive account, you can save your favorite libraries for at-a-glance information about availability. Find out more about OverDrive accounts.
Find this title in Libby, the library reading app by OverDrive.

Search for a digital library with this title
Title found at these libraries:
Library Name | Distance |
---|---|
Loading... |
This book tells the story of the time when Princess Kalingga was appointed as empress. Shima played an active role in helping the king take care of the kingdom. In the end, she was given the throne of power as queen to replace King Kartikeyansingha who decided to become an ascetic. When in power, Shima did not waste the opportunity, her power was used to maintain her position, organize a better life; and third, used to vent her old grudges.
The two main things she did were building strength and creating order. For her, a better life can only be created in an orderly state and order can only be built by rules, so the law must be enforced firmly, without discrimination. Maharani Shima was given various nicknames, Goddess of Justice, Goddess of Protector of Hamlets, Goddess Sumbi and Queen of Peace.
She was a Maharani who ruled for a long time, her position was strong, admired, respected, feared, as well as hated and cursed. He paid attention to everything from small things to big things, he admired paintings, he accepted the challenge of fighting, he destroyed tyrants, he subdued kings peacefully, he even helped design the largest Buddhist temple in the world.
Maharani Shima is the third book in the "Jejak Tanah Asal" series which is a continuation of book 1 (Janabadra) and book 2 (Putri Kalingga).***
[Indonesian]. Buku ini mengisahkan masa ketika si Putri Kalingga, telah diangkat menjadi permaisuri. Shima berperan aktif membantu raja mengurus kerajaan. Pada akhirnya ia diserahi tahta kekuasaan sebagai ratu untuk menggantikan kedudukan Raja Kartikeyansingha yang memutuskan untuk menjadi petapa. Saat berkuasa, Shima tidak menyia-nyiakan kesempatan, kekuasaannya digunakan untuk mempertahankan kedudukan, menata kehidupan yang lebih baik; dan yang ketiga, digunakan untuk melampiaskan dendam lamanya.
Dua hal utama yang dilakukannya adalah membangun kekuatan dan membuat keteraturan. Baginya kehidupan yang lebih baik hanya bisa diciptakan dalam keadaan teratur dan keteraturan hanya dapat dibangun oleh aturan maka hukum harus ditegakkan dengan tegas, tanpa pandang bulu. Maharani Shima diberi berbagai julukan, Dewi Keadilan, Dewi Pelindung Padukuhan, Dewi Sumbi dan Ratu Perdamaian.
Ia seorang Maharani yang berkuasa lama, kedudukannya kuat, dikagumi, disegani, ditakuti, sekaligus dibenci dan dikutuk. Ia memperhatikan semua hal dari hal-hal kecil hingga hal-hal besar, ia mengagumi lukisan, ia melayani tantangan bertarung, ia menghancurkan raja lalim, ia menundukan raja-raja dengan cara damai, ia pun ikut merancang pembuatan kuil Buddha terbesar di dunia.
Maharani Shima adalah buku ketiga dari seri "Jejak Tanah Leluhur" yang merupakan kelanjutan dari buku 1 (Janabadra) dan buku 2 (Putri Kalingga).